Kedekatan Yang Mengasyikkan Jumat, Nov 4 2011 

Tuangku Syekh Maulana Muhammad Ali Hanafiah

SESUNGGUHNYA, kedekatan Allah SWT tidak dapat diukur dengan alat apapun didunia ini, bahkan kata “dekat” itu sendiri tak dapat mengungkap arti kedekatan sebenarnya. Dekat-Nya Allah SWT terhadap hambaNya adalah kedekatan yang tidak berjarak dan tidak berperantara, hingga tiada sesuatu didunia ini yang menandingi keindahan dari kedekatan-Nya tersebut.

Saudaraku, kedekatan-Nya tak dideteksi dengan mata dan akalmu, ia dapat disentuh dengan hati yang”Hidup” dengan rasa yang asyik bersama-Nya. Hanya hati yang asyik adalah hati yang telah menemukan wajah diri-Nya, yakni melepaskan segala ketergantungan kecuali kepada Allah SWT. Sebab, ketergantungan kepada-Nya merupakan sifat dasar yang wajib dimiliki hati hamba.

Mari selaraskan gerakan jiwa dan ragamu dengan gerakan hati yang bergantung hanya kepada Allah SWT, agar segala tindakan dan perbuatan kita selalu bersentuhan dengan keridhaan-Nya. Jadikanlah dirimu menikmati segala permasalahan dengan hati yang asyik bersamanya. hati yang telah “ Asyik “ selalu dapat menerima segala kemungkinan yang terburuk didunia ini.

Saudaraku, jadikanlah hatimu yang bersih dan suci dari segala harapan, kecuali berharap hanya kepada Zat Allah SWT. Seseorang  hamba yang telah mengembalikan hatinya hanya berharap dan bergantung hanya kepada Tuhannya, maka sekali lagi dipastikan dia akan menikmati segala hal yang datang, sebab ia telah asyik menyaksikan wajah Allah SWT dibalik setiap yang datang dan yang pergi dari dirinya.

Saudaraku, sesungguhnya Allah SWT tidak pernah menyembunyikan diri-Nya dari pada kita. Dia setiap saat selalu memberi isyarat akan kehadiran-Nya dekat dengan diri kita. Namun, lantaran hati kita masih dipenuhi dengan berharap kepada yang lain, hingga isyaratnya yang begitu jelas dan nyata tidak “ Terbaca “ didepan kita.

Berdoa’alah, “Ya…Allah…,Ya….Rabbi, jadikanlah kami hamba yang selalu bergantung kepada-Mu, hingga hati kami asyik dalam kedekatan-Mu dan peliharalah hati kami dengan rasa rindu kepada-Mu, dan dampingilah setiap niat dan usaha kami dalam berharap dan bercita-cita kepada-Mu, serta sadarkanlah kami, bahwasanya Engkaulah satu-satunya Zat yang paling dekat, hingga kedekatan-Mu melebihi dari apa-apa yang dirasa oleh hati kami sendiri…..Ya Allah……hanya Engkaulah yang mengasyikkan hati hamba-Mu.

Terbangun dalam mimpi Jumat, Nov 4 2011 

Tuangku Syekh Maulana Muhammad Ali Hanafiah

Setiap  hamba di dunia ini akan mengakui segala  keterbatasan  dan  kelemahan  dirinya, paling  tidak jika ia telah  bertemu  jalan  “buntu” dunia ini. Segala sesuatu yang dibanggakannya tidak berkutik lagi ketika berhadapan dengan dinding  takdir, dan segala yang diburu “nilai dan harga” akan menjadi barang rongsokan yang  tidak menggigit lagi. Begitu mudah bagi Allah SWT  untuk mempertontonkan kebesaran-Nya, hingga sesuatu yang didewakan, dalam hitungan menit menjadi barang tak ada arti.

Saudaraku, bagi  Allah SWT hanyalah kita sesuatu yang berharga dihadapan-Nya, bahkan segala sesuatu yang diciptakan merupakan fasilitas kenyaman untuk kita dalam kehidupan ini. Tidak sebutir debu pun  yang Allah SWT ciptakan yang  tidak bermanfaat bagi kita, dan tidak satupun ciptaan-Nya menjadi sia-sia tak ada manfaat bagi manusia.

Suatu hal aneh sebenarnya, bila kita mau berfikir, kenapa matahari sebegitu besar berada pada posisi dan jaraknya  yang  tepat  untuk  menerangi  bumi. Dan mengapa bumi  yang hanya satu di antara  jutaan bintang, yang memiliki komposisi tepat untuk dapat dihuni makhluk hidup, hingga udaranyapun memiliki kadar  oksigen yang tepat untuk dihirupi. Begitu rapi dan indah kerja “tangan-Nya”.

Saudaraku, semua yang ada, semua yang duduk pada posisinya, dan semua yang bergerak pada garisnya masing-masing, hanya memiliki pada satu tujuan, seakan-akan dari partikel-partikel yang terkecil hingga matahari yang terbesar tertuju pada “matanya” kepada satu makhluk, yakni kita.

Saudaraku, kita adalah destinasi bagi alam semesta ini, dan Allah SWT  merupakan destinasi diri kita, segala sesuatu datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Tidak hidup, mati dan ibadah kita untuk Allah SWT, namun bukan berarti  Allah SWT butuh eksistensi hamba-Nya, malah sebaliknya hamba selalu butuh Allah SWT, hingga ia haus untuk merasakan eksistensi Allah, walau hanya dalam rasa. Karena kepuasan hati tak akan pernah ada bila tak bersentuhan dengan Tuhannya. Dan jika kepuasan hati hilang dari dada si hamba, maka bersiaplah ia terbangun dari pada dunia ini, lalu menjalani  kenyataan yang lebih buruk dari segala mimpi terburuknya.

Saudaraku, waktu serta perangkat dunia yang Allah SWT sediakan, bukan alat pijat pelepas lelah atau mainan untuk membuai jiwa kita, tapi hadir sebagai perangkat atau program latihan diri, menempah hati dan jiwa menjadi “dewasa” di hadapan Allah SWT. Berfikir tidak sebatas materi, tapi jauh menjangkau waktu dan ruang, serta hidupkan kesadaran sejati dengan merubah wajah dunia ini menjadi sekedar mimpi dan bunga tidur, yang kelak Tuhan akan bangunkan kita di alam “yang sebenarnya “ bersama diri-Nya.

Ya… Allah… Ya Rahman.. Ya Rohim.., peliharalah kami dalam tempat-Mu dan dekatkan kami kepada apa-apa yang Engkau cintai, serta dampingilah kami dengan hikmah-hikmah pengetahuan-Mu, agar kami  menjadi orang-orang  yang  tersadar sebelum kami terbangun dalam mimpi yang Engkau ciptakan ini… Ya Allah wahai  zat yang  Maha Tinggi.

Beserta Diri-Nya Jumat, Nov 4 2011 

Tuangku Syekh Maulana Muhammad Ali Hanafiah

BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM……, dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Kalimat ini sering kita ucapkan, paling tidak sebelum makan dan minum. Terlepas apakah itu sekedar kebiasaan ataupun memang hanya sebagai penambah nikmat untuk makan dan minum, kita adalah makhluk yang selalu lupa untuk menyadari kebersamaan denganNya. Dan kita telah mengetahui, basmalah adalah kalimat yang mesti kita ucapkan dalam setiap tindakan dan perbuatan. Namun hingga hari ini, sejauh mana hati kita menyertakan Allah SWT dalam penyebutan kalimat tersebut, apakah hanya sebatas” Garis Start” untuk memulai segala tindakan? Atau menjadikan kalimat basmalah sebagai kalimat” Sakti” untuk mendongkrak sugesti dan keyakinan dalam berbuat dan memutuskan?

Saudaraku, penyebutan basmalah merupakan awal bagi diri seseorang hamba untuk menyadari, bahwasanya Allah SWT selalu dekat, mengetahui dan memahami apa-apa yang dikerjakannya. Kalimat tersebut adalah sandaran hatinya untuk menjadikan Tuhan-nya sebagai pendamping yang paling dekat dalam segala perbuatanya.

Sertakanlah Allah SWT di setiap gerak gerikmu, dan jadikanlah basmalah sebagai pembuka hatimu akan kenyataan Allah SWT bersamamu.Jika  gerak dan perbuatan sangat dekat dengan dirimu,maka kebersamaan Allah SWT pasti amat dekat lagi dengan dirimu.jadikanlah kebersamaan dengan Allah SWT lebih mendahului segala gerak dan perbuatanmu,niscaya engkau akan di selamatkan Allah SWT dari segala gerak dan perbuatan dan sesuatu yang akan mencelakaimu.

Saudaraku,hamba yang mengucapkan basmalah,adalah hamba yang telah menjadikan Allah SWT tujuan dari segala tujuan, karena kalimat tersebut bukan sekedar mengajarkan hati untuk selalu ingat selalu kepada-Nya, melainkan juga untuk mangembalikan kesadaran hati hamba “ dari mana ia bermula dan akan kemana ia berakhir”. Dan pastinya, seseorang yang sadar dengan itu, ia akan menjaga sikap dan perbuatannya dalam mencapai segala hal di dunia ini.

Saudaraku, jadikanlah basmalah adalah kalimat yang pertama sekali engkau ucapkan sebelum kalimat lain, dan jadikanlah basmalah kalimah yang hidup dalam setiap gerak dan gerikmu dengan merasai Allah SWT amat dekat, melebihi kedekatan perbuatanmu dengan dirimu sendiri.

Sesungguhnya hamba-hamba yang menjadikan basmalah sebagai pemicu hatinya untuk merasakan Allah SWT sebagai Zat yang paling dekat dengan dirinya, maka hamba tersebut telah meletakkan dirinya kedalam tangan Allah SWT sehingga energi dan kekuatan yang diucapkan dan apa-apa yang diperbuatnya adalah berasal dari Allah SWT sendiri.

Dan mintalah, “Ya…..Allah……Ya Rabbi, jadikanlah diri kami hamba-hamba yang membuat dirimu senang dan ridha kepada kami, dan ajarkan kepada hati kami segala pengetahuan yang membuat kami takjub terhadap diriMu, dan bimbinglah kami kepada gerak dan gerik yang selalu mendahului keinginan-keinginanMu daripada keinginan hawa nafsu kami, dan bentuklah diri dan jiwa kami dengan tangan-Mu dan Tarbiyah-Mu, agar kami hidup dalam segala keinginan-Mu.. Ya Allah.

Memiliki Diri-Nya Jumat, Nov 4 2011 

Tuangku Syekh Maulana Muhammad Ali Hanafiah

Manusia terlahir dengan mempunyai keinginan untuk memiliki dari yang termudah hingga yang tersulit untuk dijangkau. Keinginan yang tercapai bukannya berhenti, malah menimbulkan berbagai keinginan. Dalam pandangan Allah SWT, hamba yang dipenuhi keinginan-keinginan materi semata merupakan hamba yang menjadikan dirinya terlantar, “miskin,” yang sebenarnya.

Saudaraku, Allah SWT tidak pernah melarang untuk berkeinginan dan memiliki sesuatu yang ada di dunia ini, kecuali cara dan sesuatu tersebut berasal dari hal yang haram. Dan tidak satupun dalam sejarah nabi dan Rasulullah anti terhadap keinginan”Keinginan” untuk memiliki dunia ini. Namun disayangkan, rasa kepemilikan terhadap dunia ini lebih mendominasi hati kita dari pada rasa memiliki Tuhan. Sadar atau disadari, Allah SWT merupakan Zat Mutlak yang berhak atas kepemilikan diri kita, sebaliknya diri kita mesti hidup dalam merasakan memiliki Allah SWT, sebagai satu-satunya Zat Tuhan di jagad raya ini.

Saudaraku, hamba yang menghidupkan rasa memiliki Allah SWT, adalah hamba yang paling tenang dan nyaman menikmati kehidupan ini. Tidak satupun ketakutan dan kekuatiran yang tumbuh dalam hatinya, karena segala sesuatu yang datang pergi dari dirinya tidak dapat mengalahkan perasaan,”Aku masih memiliki Allah SWT,” untung dan rugi, sakit dan senang tidak mempengaruhi apalagi mengurangi, “Kekayaan Hatinya Tersebut,”.

Akuilah, memiliki apapun didunia ini akan habis dan punah, seberapapun banyak yang kita simpan. Hanya satu, “harta,” yang tak pernah habis dan punah, yakni Allah SWT. Maka segeralah kayakan hatimu dengan rasa yang memiliki Allah SWT. Percayalah, tak satupun harta didunia ini yang membuat dirimu sakit dan kecewa.

Saudaraku, mari tumbuh dan besarkan hati yang merasa memiliki Allah SWT, melebihi dari rasa kepemilikan materi, hingga kelapangan hatimu tak terbatas membuat wajahmu selalu tersenyum di tindakanmu selalu bijak dihadapan manusia. Dan sungguh hamba yang paling kaya dihadapan Allah SWT adalah hamba yang hatinya selalu merasa dimiliki dan memiliki Allah SWT.

Hanya hati yang merasa dimiliki dan memiliki  Allah SWT saja yang tak pernah bergeming dengan kerugian dan kesakitan atas kehilangan segala materi didunia ini. Dan sesungguhnya, sia-sialah rukuk dan sujud sihamba , jika penyembahan semata, tanpa menimbulkan rasa memiliki Tuhan. Padahal tujuan utama dari suatu penyembahan adalah melatih jiwa hidup dengan hati yang selalu dimiliki dan memiliki Tuhan.

Maka menjadi suatu prestasi yang patut disukuri, bila seorang hamba telah mendominasikan rasa memiliki Allah SWT didalam dirinya, dengan melalui itulah ia akan menjadi hamba yang sebenarnya disisi Allah SWT. Berdo’alah ,”Ya Allah …..Ya…. Rabbi… jadikanlah kami hamba-hamba yang memiliki hati yang selalu terjaga dalam rasa dimiliki  dan memilikiMu, dan peliharalah kami dari rasa kepemilikan terhadap selain diriMu, dan jadikanlah hati kami singasana Rasa, merasai akan diriMu sajalah milik kami yang sejati….. Allah.

Dibalik Nama-Nya Jumat, Nov 4 2011 

Tuangku Syaikh Maulana Muhammad Ali Hanafiah

Tuhan merupakan kata yang mewakili kekuasaan yang Maha tak terbatas, tidak satupun kekuatan dan kekuasaan yang diluar kendali-Nya. Ketika kita telah menyatakan tiada Tuhan selain Allah, maka Allah telah menjadi Nama yang kita yakini sebagai satu-satunya Tuhan di dunia, selain-Nya adalah abdi atau hamba.

Saudaraku, sejauh manakah kita dapat menjadikan kata, “Allah,” tersebut mewakili rasa dan perasaan akan kenyataan ke-Tuhanan-Nya. Tidak jarang diantara kita yang menyebut ,”Allah,” sekedar sebatas nama, tanpa merasakan apapun di balik nama tersebut. Padahal amat penting bagi kita untuk memahami Kebesaran dan Keagungan Allah SWT dalam setiap penyebutan-Nya.

Seseorang yang menyebut SBY saja, maka akan terbayang bagi dia segala pangkat dan jabatannya sebagai preesiden Republik ini. Sungguh kerdil diri kita, yang menyebut , “Allah SWT,” tanpa sedikitpun bergetar hati dengan rasa akan segala unlimited power-Nya. Nama bukan saja mewakili identitas diri, tapi juga mewakili sebuah kepemilikan dan kekuasaan atas sesuatu yang dimiliki dari sesosok  yang bernama tersebut.

Saudaraku, ketika pedang Datsur menempel dileher Baginda Rasulullah SAW, beliau ditanya, “ Siapakah yang sanggup dihari ini menolong engkau ya Muhammad..,” Baginda dengan tegas menjawab , “Allah…!,”. Pedang terjatuh, kedua  kaki dan hatinya Datsur tersungkur dalam kalimah Syahadat. Inilah gambaran yang luar biasa dari implementasi rasa hati Baginda Rasulullah SAW terhadap kebesaran dan keagungan Tuhan dalam nama, “Allah,”.

Saudaraku, diantara kita masih banyak yang,” membatasi,” kekuasaan Allah SWT dalam caranya berfikir  terhadap penafsiran makna ke-Tuhanan. Kita merasa cukup puas dengan menyebut nama tanpa memahami sepenuhnya kebesaran nama tersebut. Kenyataannya, hari ini tak terhitung umat yang haus akan pengetahuan tentang tuhan dan berlomba-lomba mencari jalan yang terdekat untuk sampai kepada Allah SWT. Bahkan yang paling menyedihkan kehausan mereka akan Allah SWT dimanfaatkan oleh segelintir orang-orang serakah yang berkedok  agama.

Saudaraku, sebutlah nama Tuhanmu, “ Allah…,” dengan mata hati yang terbuka merasakan kenyataan Allah SWT melebihi dari kenyataan apapun termasuk dirimu, dan rasakanlah ke-Maha-an-Nya didalam segala sesuatu, dengan menghidupkan rasa kehambaan penuh kebudakkan dihadapan Allah SWT. Serta mendominasikan ketidak berdayaan diri di setiap kata dan perbuatan didepan ketentuan-Nya. Jadikanlah hatimu tempat lewat pendengaran dan penglihatan, bahkan kata-katamu sendiri harus melewati hati sebelum ia keluar dari mulutmu.

Akhirnya, sebutlah , “Ya…Allah, Ya ….Rabbi, cukuplah Engkau Bagiku, hanya Engkau jaminan Hidupku dan biarkanlah aku meneguk pengetahuan akan kebesaran serta kenyataan-Mu melebihi dari segala pemahaman atas diriku sendiri. Dan ajarkanlah aku menyebut nama-Mu sesuai dengan apa yang Engkau kehendaki atasnya, dan larutkanlah pemahaman ke-Tuhananmu atas diriku didalam setiap namaMu yang kusebut….. Allah.

NAFSU DAN HAK Jumat, Nov 4 2011 

Tuangku Syekh Maulana Muhammad Ali Hanafiah

Dunia begitu cantik dengan tatapan mata, manis dengan sentuhan lidah serta wangi dengan ciuman hidung si hamba. Panggilan dunia menjadi nada-nada yang membuai jiwa, hingga pergantian siang dan malam tak terhitung lagi. Semua yang disuguhi dunia begitu nikmat dan serasa nyata, menghilangkan kecurigaan hati terhadap racun yang dikandungnya.

Saudaraku, mencari bukanlah berarti untuk memiliki, walau ia sudah ditangan, karena perbedaan nafsu dan hak terletak diantara mencari dan memiliki. Hamba diberikan nafsu oleh Allah SWT untuk ia dapat berkeinginan dan berusaha untuk mencari apa yang dibutuhkan namun jika sesuatu yang dicarinya telah berada digenggamannya, maka ia mesti memposisikan sesuatu tersebut sebagai barang pinjaman atau titipan Allah SWT.

Ego dan kesombongan manusia  tidak akan muncul, kecuali bila ia merasa apa yang dicari dan yang dicita-citai telah menjadi,“miliknya,”. Nafsu yang semula menjadi hewan tunggangan, berubah menjadi penunggang jiwanya. Oleh sebab itu Hak bukanlah,”sertifikat hak milik”, hamba terhadap sesuatu, namun sebatas,”sertifikat hak guna,” sebagai senjata ampuh untuk mencegah intervensi nafsu melalui,”rasa memiliki,”.

Saudaraku rasa kepemilikan terhadap sesuatu yang ditangan, ibarat bom waktu yang mempunyai daya ledak untuk menghancurkan qalbu hingga berkeping-keping dan tentunya sangat menyakitkan. Betapa tidak, jika seseorang yang hidupnya dipenuhi rasa kepemilikan terhadap segala sesuatu yang didapatinya, kelak mesti siap kehilangan sesuatu tersebut satu persatu, hingga mungkin akan lebih menyakitkan diri untuk memilikinya daripada tidak sama sekali.

Saudaraku, ,”Hak,” adalah,” kepemilikan,” untuk digunakan, bukan kepemilikan yang sebenarnya. Sebab, hanya orang yang hidup dengan rasa dipinjam dan dititipi akan berjiwa amanah, sedangkan orang yang merasa,” memiliki,” lebih banyak lalai, bahkan melecehkan apa yang telah digenggamnya.

Saudaraku, seharusnya nafsu berperan untuk menciptakan langkah- langkah didunia untuk mencari sedangkan Hak adalah pengaman hati bila sesuatu  tersebut ditemui, dan ingatlah Hak yang benar melahirkan perasaan diberi , dititipi sehingga menerbitkan sifat amanah. Yakinlah, cukup hanya Zat Allah SWT yang berhak atas segala sesuatu yang, “ berhak,” di dunia ini

Ya Allah….ya Rabbi…..jangan biarkan diri kami terlantar menjadi maling-maling atas hak-Mu dan segala kepemilikan dunia ini, dan hidupilah hati kami dengan nafas-nafas yang sadari akan segala pemberian-Mu, agar kami tetap berjalan lurus menuju ridhaMu, serta tertarik hanya memeilikiMu saja agar hati ini tetap utuh dihadapanMu……ya Allah Duhai Kekasih yang Maha Tinggi.

Keyakinan……. Rabu, Mar 16 2011 

Pernah suatu ketika murid dari Syaikh Ali Hanafia ( murid-murid beliau biasa memanggil beliau dengan panggilan Tuangku”) bertannya tentang keyakinan kepada beliau,

” Tuangku, sebenarnya keyakinan itu apa?, apakah keyakinan itu adalah yang ketika kebal dari segala benda tajam atau bisa menguasai hal-hal gaib atau ketika seseorang yakin pada Allah maka ibadahnya menjadi lebih istiqomah? ”

Karena mengenal dan mengetahui watak dari murid-murid beliau, maka beliau pun menjawab

” Sebenarnya bukan keyakinan itu yang menjadi pokok permasalahan, tapi yang menjadi dasar adalah bagai mana kita bisa mengosongkan hati kita dari nafsu dan ego, dari cinta dunia, dan dari segala sesuatu yang menghalangi hati kita untuk merasa bahwa sesungguhnnya kita bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa di dunia ini, insyaallah jika hati kita telah kembali ke titik nol pada ke fakiran(ke tiadaan) kita insyaallah keyakinan itu akan datang bersama pemiliknya”

Subhanallah, sungguh sebuah jawaban yang mengejutkan nafsu dan ego karena tak terbaca oleh akal dan fikiran, sebuah jawaban yang dirasa sang murid seperti membolak-balikan dunia dengan tangan dan mengeluarkanya dari dalam hati.

(kisah diatas adalah benar adannya walaupun kalimat-kalimat yang dituliskan tidak sama persis)

Illham Sirriyah Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Kamis, Jul 22 2010 

“Cukuplah Aku Sang Pecinta yang mengenal akan kandungan cinta-KU padamu. Dan hanya hatimu yang dapat menjadi wadah bagi cinta-KU. Walaupun ianya sendiri tak mampu untuk melukiskannya akan ia sanggup merasakan keindahan yang KU-maksud dalam cinta-KU padamu. Hingga katakanlah, “Nilai Kecintaan bagi Tuhanmu bukanlah dari ungkapan yang didengar, namun daripada pemahamanmu dalam merasakan maksud dan tujuan cinta itu sendiri terhadap dirimu.”

Musa dan Seorang Wali Tuhan Kamis, Apr 29 2010 

Musa as meminta Tuhan menunjukkan salah satu wali-Nya. Tuhan memerintahkan Musa untuk pergi ke sebuah lembah. Di tempat itu, Musa menemukan seseorang yang berpakaian compang-camping, kelaparan, dan dikerubungi lalat.

Musa bertanya, ?Adakah sesuatu yang dapat aku lakukan untukmu??

Orang itu menjawab, ?Wahai utusan Tuhan, tolong bawakan aku segelas air.? Ketika Musa kembali dengan segelas air, orang itu telah meninggal dunia. Musa pergi lagi untuk mencari sehelai kain untuk membungkus mayatnya, agar ia dapat menguburkannya. Ketika ia kembali ke tempat itu, mayatnya telah habis dimakan singa. Musa merasa tertekan, ia berdoa, ?Tuhan, Engkau menciptakan semua manusia dari tanah. Ada yang berbahagia tapi ada juga yang tersiksa dan hidup menderita. Aku tak dapat mengerti ini semua.? Suara Yang Agung menjawab, ?Orang itu bergantung kepada-Ku untuk semua hal. Tapi kemudian ia bergantung padamu untuk satu minuman. Dia tak boleh lagi meminta bantuan kepada orang lain kalau ia telah rida dengan-Ku.?

Tiga Nasihat Kamis, Apr 29 2010 

Pada suatu hari, ada seseorang menangkap burung. Burung itu berkata kepadanya, Aku tak berguna bagimu sebagai tawanan. Lepaskan saja aku. Nanti aku beri kau tiga nasihat.

Si burung berjanji akan memberikan nasihat pertama ketika berada dalam genggaman orang itu. Yang kedua akan diberikannya kalau ia sudah berada di cabang pohon dan yang ketiga ketika ia sudah mencapai puncak bukit.

Orang itu setuju, lalu ia meminta nasihat pertama. Kata burung itu, Kalau kau kehilangan sesuatu, meskipun engkau menghargainya seperti hidupmu sendiri, jangan menyesal.

Orang itu pun melepaskannya dan burung itu segera melompat ke dahan. Disampaikannya nasihat yang kedua, Jangan percaya kepada segala yang bertentangan dengan akal, apabila tak ada bukti.

Kemudian burung itu terbang ke puncak gunung. Dari sana ia berkata, Wahai manusia malang! Dalam diriku terdapat dua permata besar, kalau saja tadi kau membunuhku, kau akan memperolehnya. Orang itu sangat menyesal memikirkan kehilangannya, namun katanya, setidaknya, katakan padaku nasihat yang ketiga itu!

Si burung menjawab, Alangkah tololnya kau meminta nasihat ketiga sedangkan yang kedua pun belum kau renungkan sama sekali. Sudah kukatakan padaku agar jangan kecewa kalau kehilangan dan jangan mempercayai hal yang bertentangan dengan akal. Kini kau malah melakukan keduanya. Kau percaya pada hal yang tak masuk akal dan menyesali kehilanganmu. Aku pun tidak cukup besar untuk menyimpan dua permata besar! Kau tolol! Oleh karenanya kau harus tetap berada dalam keterbatasan yang disediakan bagi manusia.

(Catatan: Dalam lingkungan darwis, kisah ini dianggap sangat penting untuk mengakalkan fikiran siswa sufi, menyiapkannya menghadapi pengalaman yang tidak boleh dicapai dengan cara-cara biasa. Di samping penggunaannya sehari-hari di kalangan sufi, kisah ini terdapat juga dalam karya klasik Rumi, Matsnawi. Kisah ini juga ditonjolkan dalam Kitab Ketuhanan karya Fariduddin Aththar, salah seorang guru Rumi. Kedua tokoh sufi itu hidup pada abad ketiga belas.)

Laman Berikutnya »